Jakarta (ANTARA) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, menguat 10 poin atau 0,11 persen, setelah dalam beberapa pekan ini rupiah cenderung "bearish" (pelemahan).Nilai tukar rupiah terhadap dolar naik menjadi Rp9.037-Rp9.045 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.047-Rp9.055.
Pengamat pasar uang Lana Soelistianingsih di Jakarta mengatakan, situasi global yang cenderung tidak menentu membuat Bank Indonesia akan menjaga rupiah walau dalam kisaran sempit."Situasi global yang sedang tidak menentu saat ini akan membuat BI menjaga mata uang dalam negeri," katanya.Namun, lanjut dia, kendati mata uang lokal menguat, pergerakan pasar cenderung kurang ramai, dikarenakan pemicu yang kuat untuk menggerakkan pasar saat ini masih minim."Aktivitas pasar cenderung lesu karena pendorong kuat belum muncul sampai saat ini," ujarnya.
Ia menambahkan, upaya pemerintah dalam mengendalikan harga belum terlihat nyata, sementara BI terus menjaga dan mengintervensi rupiah menuju tren penguatan untuk menyerap inflasi yang bersumber dari kenaikan harga komoditas dunia (imported inflation)."Sebelumnya kami perkirakan jika angka inflasi bulanan diatas 1 persen (month on month), kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga BI ratenya 25 bps," katanya.Ia mengatakan, tren bullish (penguatan) dolar AS selama beberapa pekan ini dapat membalikkan arah pergerakkan rupiah kembali berada dalam posisi negatif."Perlu dicatat bahwa tren kuat masih berlaku untuk dolar AS dan dapat memberi sentimen negatif pada rupiah," katanya.
Selain itu, tambah dia, perhatian pada Mesir dan negara-negara Timur Tengah sekitarnya juga menjadi pusat perhatian.Ia mengatakan, isu ketidakstabilan di Mesir dan Timur Tengah bisa membuat harga minyak dunia meroket, yang akan dengan mudah menembus 100 dolar AS per barel dalam waktu dekat."Mesir menjadi strategis karena memiliki Terusan Suez yang menjadi urat nadi jalur pelayaran kapal minyak tanker dunia," kata dia.
(Recorded by Purcep, 1 February 2011)
0 comments:
Post a Comment