PENGUNJUNG tempat wisata alam selama musim lebaran ini menukik tajam. Di gunung Galunggung, umpamanya, dikabarkan jumlah pengunjung melorot dibanding tahun lalu. Usut punya usut, isu kawah retak jadi biangnya.
Pedagang makanan dan suvenir mengeluh, penghasilan mereka terkena imbas. Sudah tentu pundi-pundi Pemkab Kabupaten Tasikmalaya turut surut. Diduga kuat, menurunnya wisatawan ke Gunung Galunggung, lantaran isu kawah retak itu. Paling tidak, itulah hasil penelusuran wartawan.
Informasi tentang retaknya kawah, ternyata sama sekali tidak benar. Kondisi gunung Galunggung baik-baik saja. Dampak gempa tempo lalu tidak merusak fasilitas vital tempat wisata yang sudah dikenal sejak kakek buyut itu.
Sayang, kabar burung tentang kawah retak, sama sekali tidak diantisipasi dengan tanggap dan cepat. Akhirnya, kabar itu merebak dan menyurutkan niat orang yang -- bisa jadi -- sudah mempersiapkan jauh-jauh hari.
Jangankan merespon peristiwa tak terduga, seperti gempa tempo lalu. Hari-hari biasa pun, upaya promosi wisata masih lemah. Kondisinya semakin diperparah dengan pemeliharaan fasilitas yang setengah hati. Lengkaplah sudah, ruang-ruang yang membuat geliat wisata yang dikelola pemerintah jalan di tempat. Digarap seadanya, tanpa polesan. Kalah langkah oleh pengelola swasta yang mendesain suasana pantai di tengah kota.
Waterboom di Kota Tasikmalaya, tempo lalu diserbu pengunjung, meskipun belum sebulan diresmikan. Kreativitas pengelola, ide-ide segar menjadi kekuatan tak terabaikan di sektor hiburan dan dunia kontemporer lain. Bila menganggap remeh perkara ini, bersiap-siaplah gulung tikar. Informasi bisa menyesatkan banyak orang. Isu bisa jadi benar, bisa pula cuma isapan jempol yang dihembuskan.
Tampaknya, pengelolaan wisata di Priangan Timur, harus mulai mencermati kekuatan informasi yang selama ini terkesan digarap tidak serius. Tempat wisata yang terkenal eksotik, Pangandaran pun dikabarkan surut pengunjung. Lagi-lagi, isu gempa menjadi biangnya. Isu tsunami, menggelinding ke segala penjuru angin, tanpa bisa dibendung. Pemda perlu belajar banyak dari pengelola wisata swasta. Dikelola segelintir orang, namun mampu menyedot perhatian, hasilnya maksimal. Promosi pun tidak cukup dengan memasang iklan di media, namun perlu diperkuat dengan sosialisasi program yang terkonsep dengan matang.
Apakah perlu, menyerahkan pengelolaan wisata sepenuhnya kepada pihak swasta?
(Sumber : www.prianganonline.com)
0 comments:
Post a Comment