VIVAnews - Pekan lalu, beberapa kelompok ilmuwan membuka kemungkinan bahwa perubahan iklim bisa hilang. Setidaknya untuk sementara. Argumen ini dibuat berdasarkan penelitian yang mereka lakukan terhadap aktivitas bintik Matahari.
Seperti diketahui, dari tiga penelitian yang berbeda, terlihat tanda-tanda bahwa jumlah bintik Matahari akan berkurang. Jika bintik berkurang, energi yang dipancarkan juga menurun. Akibatnya, panas terik Matahari akan reda di permukaan Bumi.
Temuan ini sontak memicu pendapat bahwa pemanasan global bukan lagi menjadi masalah yang akan kita hadapi.
Dikutip dari Good Environment, 22 Juni 2011, sejumlah peneliti berpendapat bahwa meski Matahari masuk ke periode istirahat, dan membuat panas yang ia pancarkan berkurang, kita masih tetap tidak bisa menghindari perubahan iklim.
Pada abad ke-17, saat Matahari masuk ke periode istirahat, suhu di planet Bumi memang menurun. Namun ketika itu, penurunan suhu Bumi bukan saja disebabkan oleh berkurangnya pancaran energi dari Matahari.
Pada periode yang sama, meski tidak ada hubungannya dengan aktivitas Matahari, di bumi terjadi pula aktivitas volkanik yang mengirimkan awan debu ke atmosfir, yang akhirnya ikut memblokir sinar Matahari.
Penurunan aktivitas surya yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2012 itu tentu akan memberikan efek pada Bumi. Namun demikian, pendinginan akibat berkurangnya aktivitas bintik Matahari itu diprediksi tidak akan sampai 1 derajat Fahrenheit.
Padahal, para untuk menjaga Bumi tetap aman, umat manusia perlu menjaga temperatur global agar tidak naik lebih dari 2 derajat.
Saat ini, para ilmuwan memprediksikan bahwa peningkatan temperatur akan mencapai 3, 5, atau bahkan 7 derajat hingga tahun 2100 mendatang. Meski Matahari mendingin, dampaknya tidak akan besar terhadap pemanasan global.
Temuan ini sontak memicu pendapat bahwa pemanasan global bukan lagi menjadi masalah yang akan kita hadapi.
Dikutip dari Good Environment, 22 Juni 2011, sejumlah peneliti berpendapat bahwa meski Matahari masuk ke periode istirahat, dan membuat panas yang ia pancarkan berkurang, kita masih tetap tidak bisa menghindari perubahan iklim.
Pada abad ke-17, saat Matahari masuk ke periode istirahat, suhu di planet Bumi memang menurun. Namun ketika itu, penurunan suhu Bumi bukan saja disebabkan oleh berkurangnya pancaran energi dari Matahari.
Pada periode yang sama, meski tidak ada hubungannya dengan aktivitas Matahari, di bumi terjadi pula aktivitas volkanik yang mengirimkan awan debu ke atmosfir, yang akhirnya ikut memblokir sinar Matahari.
Penurunan aktivitas surya yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2012 itu tentu akan memberikan efek pada Bumi. Namun demikian, pendinginan akibat berkurangnya aktivitas bintik Matahari itu diprediksi tidak akan sampai 1 derajat Fahrenheit.
Padahal, para untuk menjaga Bumi tetap aman, umat manusia perlu menjaga temperatur global agar tidak naik lebih dari 2 derajat.
Saat ini, para ilmuwan memprediksikan bahwa peningkatan temperatur akan mencapai 3, 5, atau bahkan 7 derajat hingga tahun 2100 mendatang. Meski Matahari mendingin, dampaknya tidak akan besar terhadap pemanasan global.
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment